Kamis, 18 Desember 2014

Review Novel



Judul Buku                  : Negeri 5 Menara

Pengarang                    : A. Fuadi

Penerbit                        : PT. Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit                : Agustus 2010

Kota Terbit                   : Jakarta

Jumlah Halaman         : 424 hal


 Review Novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi yang merupakan novel best seller ini, menceritakan kisah lima orang sahabat yang belajar di sebuah pesantren yaitu Pondok Madani (PM). Novel best seller ini merupakan novel pertama dari trilogi yang secara rinci bercerita tentang dunia pendidikan khas pesantren, lengkap dengan segala kegiatan-kegiatan dalam kehidupan para santrinya.
Alif Fikri adalah seorang yang sangat menginginkan sekolah di SMA Bukit tinggi Sumatera Barat dengan berbekal nilai ujian yang terbilang lumayan bagus. Namun mimpinya seakan sirna, musnah tak berbekas, karena Amaknya tidak mengijinkan. Beliau ingin Alif sekolah di Madrasah Aliyah yang berbasis agama, dengan alasan Amak ingin Alif menjadi Ustad (Ulama). Dengan setengah hati, Alif menerima keinginan Amaknya untuk sekolah agama.
Awal mulanya dia sangat kaget dengan segala peraturan ketat dan kegiatan yang ada di Pondok Pesantren Madani tersebut. Untunglah, dia menemukan sahabat-sahabat dari berbagai daerah yang benar-benar menyenangkan. Niatan setengah hatinya kini telah menjadi bulat. Di bawah menara PM inilah mereka berlima justru menciptakan mimpi-mimpi lewat imajinasinya menatapi langit dan merangkai awan-awan menjadi negeri impian. Mereka yakin kelak impian itu akan terwujud. Karena mereka yakin akan mantra ampuh yang mereka dapatkan dari Kyai Rais (Guru Besar PM), yaitu man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil.

Kelebihan  :
Novel ini dapat dibaca oleh semua kalangan. Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini sangat menarik. Ringan, deskriptif dan mengalir serta mampu memperkaya kosakata dan wawasan berbagai macam daerah. Terdapat catatan kaki di bagian bawah yang menjelaskan arti dari kata tersebut. Ungkapan-ungkapan dan peribahasa juga terdapat dalam novel tersebut, salah satunya “Man Jadda Wajada” yang sering di cantumkan dan membuat novel ini terkenang di hati pembaca. Pembaca tidak akan bosan membaca kehidupan di Pondok karena penulis menggunakan alur campuran. Penulis mengambil setting Alif yang sudah bekerja lalu mulai masuk ke dalam ingatan-ingatan Alif akan kehidupannya di Pondok Madani. Setelah cukup panjang menceritakan tentang pondok, penulis beralih lagi ke kehidupan Alif sekarang. Bisa Mengubah pola pikir kita tentang kehidupan pondok yang hanya belajar agama saja. Karena dalam novel ini selain belajar ilmu agama, ternyata juga belajar ilmu umum seperti bahasa inggris, arab, kesenian dll. Pelajaran yang dapat diambil dari novel ini  adalah jangan pernah meremehkan sebuah impian setinggi apapun itu, karena Allah Maha mendengar setiap do’a dari umatNya.

   Kelemahan :
Penulis kurang mampu memperlihatkan dinamika dalam cerita. Klimaks cerita kurang menonjol sehingga para pembaca merasa dinamika cerita sedikit datar. Setelah selesai membaca, pembaca merasa cerita belum selesai setuntas-tuntasnya. Hal ini mungkin disebakan karena penulis mendasarkan ceritanya pada kisah nyata dan tidak ingin melebih-lebihkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar